Tampilkan postingan dengan label cerita dewasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita dewasa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Agustus 2019

Cerita Sex Aku Pernah Perkosa Gadis ABG Cantik

Cerita Sex Aku Pernah Perkosa Gadis ABG Cantik


Namaku Alex, sudah lupa aku beningnya air di sungai tempat aku dulu memancing bersama teman-temanku, air yang sejuk dengan kejernihan yang membuat kami bisa dengan leluasa melihat ikan-ikan yang berenang mendekati umpan-umpan kami. Sudah 24 tahun aku mengadu nasib di Jakarta, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta aku berkeyakinan besar kalau aku dapat sukses dan dapat kembali ke kampung sebagai orang besar yang dapat membantu kehidupan emak dan bapak.

Jalan nasib tidak ada yang tahu, hasil kerja keras selama lima belas tahun hilang tidak berbekas karena kebodohan aku mempercayai partner kerjaku dan lebih parahnya lagi dia juga berhutang besar kepada bank tapi dengan menggunakan nama dan asetku sebagai jaminannya. Sekarang aku hanya dapat hidup terlunta-lunta di kota jakarta ini, tidak berani hati ini melangkah pulang menghadap orang-orang sekampung apalagi melihat emak dan bapak, aku berdoa semoga emak dan bapak masih sehat-sehat dan tidak khawatir akan keadaanku di jakarta.

Sekarang aku tinggal di sebuah gedung perkantoran yang sudah terbengkalai sejak lama, aku menyambung hidup dengan bekerja serabutan, pernah aku menjadi kuli bangunan di komplek perumahan di dekat sini, tetapi karena sekarang kebanyakan rumah itu sudah selesai terpaksa pekerjaan aku sekarang untuk menyambung hidup adalah hanya dengan menjadi tukang sampah di komplek dulu bekerja. 

Di kompleks perumahan ini, aku satu-satunya tukang sampah yang dapat memasuki perumahan ini, itu dikarenakan aku kenal dengan beberapa satpam di perumahan ini mereka dulu bekerja sama dengan aku ketika menjadi kuli bangunan mereka yang meminta kepada atasan mereka untuk dapat tetap mempertahankan aku walaupun hanya menjadi tukang sampah, “hahaha sial memang!” tertawa aku memikirkan mereka, sungguh nasib mereka lebih bagus dari aku, karena mereka kelihatan lebih kekar dan muda daripada aku mereka dapat mendapatkan pekerjaan yang cukup layak di perumahan ini, sedangkan aku hanya dapat memunguti sampah ketika para atasan busuk itu melihat aku sudah tidak muda dan kuat lagi.

Di pagi hari aku sudah keluar dari gedung reyot ini, ditemani oleh gerobak berwarna oranye aku menyusuri komplek perumahan ini untuk sampah-sampah dari setiap rumah di komplek ini, tidak jarang aku melihat mereka membuang benda yang sebenarnya belum spenuhnya rusak terkadang hanya karena tergores ataupun hanya karena warnanya pudar benda itu dibuang oleh pemiliknya, makanya tidak jarang aku menemukan baju, sepatu, celana bahkan handphone dan TV pernah dibuang oleh pemiliknya hanya karena barang tersebut sudah dianggap kuno, aneh-aneh memang kebiasaan para orang kaya ini, tapi tidak apa-apa semakin mereka seperti itu semakin aku yang beruntung karena aku bisa mendapatkan barang-barang ini secara gratis walaupun sudah agak tua dan terlihat jelek.

Suatu ketika aku melewati sebuah rumah mewah di salah satu blok di perumahan ini, aku melihat sesosok gadis cantik di belakang pagar rumahnya sedang berjalan keluar sambil memegang kantung plastik berwarna putih kecil, sejenak dia mencari-cari alas kakinya dan segera memakainya ketika ditemukannya sendal tersebut terselip di bawah mobil yang terparkir di garasinya, aku begituu terpesona dengan gadis ini. 

Dia menggunakan celana pendek berwarna biru muda yang begitu menunjukkan kemulusan kaki jenjang dan pahanya yang putih itu, kaus berwarna pink juga terlihat cocok sekali membalut badannya yang tidak begitu besar tapi terlihat lekukan badannya cukup tercetak di baju yang dipakainya, wajahnya manis dan cantik sekali semuanya ditambah dengan kulitnya yang walaupun aku melihat dari kejauhan aku tetap terperangkap oleh betapa cantiknya dia, ditambah ketika dia mulai berjalan keluar ke arah pagar dan mulai terkena sinar matahari aku makin takjub melihat kecantikannya dengan lebih jelas. 


Kulit putihnya makin bersinar terang ketika terkena sinar matahari, pahanya dan tengkuknya juga semakin terlihat sangat menggoda mata, dadanya yang dibalut oleh kaus pink juga dan bra juga makin terlihat jelas aku dapat melihat lekukan dada yang dibentuk oleh bra yang ia pakai, menurut perkiraan aku ukuran cup BH’nya mungkin 34B. terdiam aku beberapa saat memandangi pemandangan ini, lambat laun aku mulai tersadar ketika gadis cantik ini berjalan keluar dan mengantungkan kantong plastik kecil yang ia bawa ke gantungan sampah di depan rumahnya. Perlahan aku memberanikan diri menarik gerobak sampah di belakang ku mendekati rumah gadis tersebut.

ketika aku sampai disanna gadis itu telah berjalan masuk kerumahnya, aku tetap memperhatikan dia dan makin terasa cantik gadis ini di setiap langkahku bertambah mendekati rumahnya. Di balik pagar setelah dia menutupnya dia tersenyum kecil sambil menganggukan kepala ketika melihat aku mendekat, ternyata gadis cantik ini benar-benar sangat amat cantik dan baik hati bahkan kepada aku yang hanya tukang sampah komplek dia tidak ragu-ragu untuk melemparkan senyum dan mengangguk sejenak, padahal dia adalah anak orang kaya dan seorang gadis yang cantik luar biasa. Makin hati ini tertawan oleh pesonanya, luarr biasa gadis ini.

Aku tidak dapat berbuat apa-apa hanya pelan-pelan melihat dia melangkah kembali masuk ke dalam rumahnya. Terdiam lama aku berdiri disana di depan rumahnya di bawah terik matahari yang beranjak menuju siang hari,
aku benar-benar terperangkap oleh gadis itu aku jatuh cinta pada pandangan yang pertama..,
cinta sebuah kata dan perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan dan ucapkan aku ingin membingkai senyum gadis itu dan melihat senyum tiap hariku…,
aku ingin melindunginya agar senyum itu dapat terus mengembang dan mencerahkan dunia ini…

Tetapi jauh di dalam perasaan itu di bawah sadar sebenarnya ada perasaan lain yang jauh lebih gelap dan kotor:
aku ingin merasakan tubuh ini bersentuhan dengan tubuhnya…
aku ingin merasakan manis bibirnya…
aku ingin mencumbu dadanya…
aku ingin merasakan halus dadanya….
aku ingin…aku ingin…aku ingin…

tersadar aku dari lamunan aku, aku cepat-cepat mengingatkan diri akan tugasku sebagai tukang sampah dan hanya sebagai tukang sampah, aku membuang jauh-jauh lamunan itu biarlah itu menjadi impian di siang bolong. Aku bergerak mendekati tempat sampah di depan rumahnya, dengan cekatan aku menarik kluar tongkat sampah dari gerobak sampah, ya walaupun aku tukang sampah terkadang aku masih merasa jijik jika harus menggunakan langsung tanganku untuk menyentuh bungkusan plastik-plastik sampah ini.
satu bungkus plastik sampah…
dua bungkus plastik sampah…
dengan cepat aku dengan gampang memindahkan plastik-plastik sampah tersebut dari tempatnya ke dalam gerobak sampah, tinggal kantong plastik yang terakhir yang belum aku masukkan.

terdiam aku melihat kantong plastik itu, aku tau bahwa itu adalah kantong plastik yang tadi dibawa keluar oleh gadis cantik itu, plastik yang secara ukuran lebih kecil daripada plastik yang sudah aku pindahkan sebelumnya. Entah mengapa aku merasakan ini adalah plastik yang spesial, mungkin karena kantong plastik ini adalah satu-satunya benda yang pernah dipegang oleh jari jenjang dan tangan dari gadis itu. 

Perlahan aku memincingkan mata melihat kantong plastik putih itu, aku berusaha melihat apa yang dibungkus oleh kantong plastik itu, terlihat ada bungkusan biru tua di dalam plastik putih itu aku memiringkan kepala untuk mencoba membaca tulisan apa yang tertulis di bungkusan biru tua itu.

tertulis tulisan:

“Laurier”
dibawahnya tercetak tulisan “Relax night with gathers…”, “opo iki??”…pikirku berusaha menebak apa sebenarnya bungkusan ini
dan di bawahnya lagi tertulis “daya serap maksimal, proteksi dari segala arah dan anti bocor”, “oohh oyalahh…” tersadar aku benda apa itu sebenarnya di dalam bungkusan plastik itu

Terlihat juga gambar benda yang sedang aku pikirkan itu dengan tulisan “35cm” di atasnya, makin aku yakin bahwa itu adalah bungkus pembalut.

agak jijik aku memikirkannya ketika aku tau itu adalah bungkusan pembalut, dan kemungkinan besar di dalamnya pun ada pembalut bekas yang dipakai oleh gadis cantik itu. Secantik cantiknya wanita itu, tetap saja aku agak jijik jika memikirkan pembalut bekasnya dengan darah menstruasinya yang mungkin ada juga di pembalut tersebut….

Ketika aku sedang memikirkan itu tiba-tiba terdengar suara, entah dari mana yang tiba-tiba berteriak

“WANITA dan DARAH…!”

aku langsung terperanjat, tapi badanku tidak bisa bergerak padahal aku mau mencari dimana sumber suara itu…aku merasakan ada desiran angin di tengkuk leherku dan membuat aku merinding padahal ini adalah siang hari yang terik.

aku merasakan panas di badanku, dan mataku terasa semakin berat dan berbayang…aku merasa lemas dan pelan-pelan aku mendengar

“Biarkan aku memakai tubuhmu nak”…suara itu bersuara lagi dan semakin jelas kali ini kalau aku tidak salah mendengar.

“Jangan mengeraskan jiwamu, aku akan membantumu untuk merasakan gadis itu, aku sudah memperhatikanmu sedari tadi…serahkan tubuhmu dan biarkan aku yang mengontrol badan ini” aku semakin ketakutan,tetapi aku juga tidak dapat melawan dan merasa sangat bernafsu sekali…aku merasakan kontolku pelan-pelan mengeras.

“Nah begitu nak…AKU PINJAM TUBUHHMMUUU….!”
Brrukkk…
…aku terjatuh…

aku membuka mata, dan tertawa di dalam hati “hahahaha….akhirnya ada lagi gadis yang dapat aku nikmati”….itu bukan suara hatiku, ini suara dia yang tadi.

aku menjatuhkan tongkatku, perlahan aku merentangkan tangku kedepan ke arah kantung plastik sampah itu…”Aku jijik, jangan itu kotor…” batinku berteriak.

“DIAAAM, tubuh ini sekarang milikku. AKU CRUSADER13” suara itu berteriak menghardik aku yang kehilangan kontrol atas tubuhku ini…aku hanya dapat terdiam mengikuti apa yang dia lakukan, aku hilang di dalam tubuhku sendiri.

Aku angkat pelan-pelan kantong plastik itu dari gantungan sampah itu, aku membuka kantong plastik itu…pelan-pelan bau anyir bercampur sabun menyeruak memenuhi hidungku, tetapi kali ini aku tidak merasa jijik malahan aku merasa sangat bernafsu dan tidak sabar untuk cepat-cepat melihat kedalam kantong plastik ini,

aku pegang bungkusan biru tua itu, dan segera ku keluarkan dari kantong plastik putih itu… sekarang dapat kulihat jelas bungkusan pembalut itu.

aku membuka bungkusan pembalut itu dan melihat di dalamnya ada dua bungkusan kecil berwarna pink di dalamnya, aku memasukkan tanganku dan mengambil salah satunya. Perlahan aku buka bungkusan itu dan terpampang jelaslah pembalut bekas pakai gadis itu, dengan noda merah yang cukup banyak di pembalut itu. Aku menebak bahwa gadis cantik itu mungkin baru saja mens di hari pertama atau keduanya melihat jumlah darah yang terserap di pembalut ini.

terpana aku melihat pembalut itu…tiba-tiba terdengar teriakan di belakangku, “Bapaakkkk..!”, “Ngapain kamu??” kaget aku dan langsung menjatuhkan pembalut bekas itu ke tanah, aku menengok kebelakang menghadap sumber suara itu. Alangkah kagetnya ternyata gadis itu telah berdiri di luar rumah memperhatikan aku dari belakang, sepertinya dia sedang mau berangkat pergi ketika memergoki aku sedang terpana memandangi pembalut yang pernah dia pakai.

“ihh bapak kelainan ya, ngapain bapak pegang-pegang softex??” “mau guna-gunain aku ya??” “Pergi ga…dasar bajingan mesum..!” “PERGII…”

aku kaget diberondong oleh kata-katanya, tetapi dengan cepat aku berusaha mengendalikan keadaan.

aku beralasan “Maaf mba, ga ada maksud apa-apa tadi di plastik itu sobek ketika aku mau pindahin ke gerobak…” dia terdiam sejenak mencoba berpikir rasional dengan alasan yang aku buat-buat.

gadis itu lalu menjawab “Terus ngapain pegang-pegang softex itu?”, pertanyaannya membuat aku kembali harus berpikir keras memikirkan jawabannya…

Aku menjawab lagi “Gini mba, pas tadi plastiknya sobek saya lihat pembalut bekas mba, maaf aku ga sengaja perhatiin kalau darah mens mba ga normal…” alasan asal bunyi saja dan yang terpikir di otakku saat ini

“GA normal gimana, jangan alasan pakkk???” dengan setengah membentak ia mengajukan lagi pertanyaan

“Gini mba, embah saya dulu mantri di desa beliau kalau praktik dia sering ajak saya, nah mbah pernah tunjukkin kalau darah mens wanita kalau warnanya seperti ini artinya ga normal dan akan kemungkinan mungkin juga tumor mba” melihat dia mau menjawab dengan pertanyaan lain aku langsung berbicara lagi ” gini mba, mba kalau tebakan saya lagi mens di hari pertama atau kedua kan? dan pasti perut mba lagi sakit dan mba merasa pusing?

“koq bapak tau aku dapet hari kedua? dan perut aku lagi sakit? aku beneran ga normal ya mensnya?” gadis cantik itu menatap aku berharap dapat diberikan jalan keluar dari penyakit yang dikira diidapnya.

“hehehe…satu-satunya penyakit yang kau idap adalah kebodohan dan polosnya dirimu nak.” Pikirku dalam hati sambil menahan tawa… Dari jumlah dan warna darah mens yang ada di pembalutnya mudah sekali menyimpulkan kalau itu adalah darah mens di hari-hari awal, dan untuk sakit perutnya memangnya ada seorang wanitapun yang merasakan perutnya tidak sakit ketika sedang mendapatkan tamu bulanannya itu.

“tenang mba, coba saya lihat tangan mba” aku mengambil kesempatan untuk memegang tanggannya yang halus dan putih bersih itu, sungguh kontras dengan tanganku yang kotor dan kasar ini. Aku pura-pura mengukur denyut nadi di tangannya, sambil dia terus memandangi aku berharap akan jawaban yang dapat menenangkan hatinya.

“hmmm…agak buruk ini” aku berpura-pura memperburuk kekhawtirannya…

“Pak kita masuk ke rumah dulu deh,*****enak diliatin orang..” “wkakakaka malaikat surga pasti sedang tersenyum kepadaku, tanpa susah payah aku dapat masuk ke rumah gadis ini”

akupun berjalan mengikutinya melewati gerbang lalu garasi rumahnya, berjalan menaiki tangga kecil menuju pintu ruang tamu rumahnya. Aku bertanya “mba rumahnya besar ya, tapi koq ga ada orangnya nih?”. “mba lagi pulang kampung, belum balik dari minggu lalu”, “kalau papi mami lagi pergi sama adik aku ke mal”

“Hahaha…kesempatan indah, di rumah sendiri dengan gadis cantik. malang nian hidupmu nak siap-siap kunikmati tubuhmu yang indah itu”

aku dipersilahkan duduk di sofa, lalu dia melanjutkan bertanya “jadi gimana pak,sebenarnya aku sakit apa, pasti ada obatnya kan?” matanya berkaca-kaca ketika menanyakan hal itu

“bentar ya mba…” aku bergerak mendekatinya, lalu menaruh tanganku di atas perutnya. “Apa-apaan ini, jangan macem-macem ya…!”

“tenang mba, aku hanya mau mengecek keadaan rahim mba”, ” kalau mba tidak percaya ya sudah, kalau begitu saya keluar saja, tapi hati-hati dengan penyakit itu ya mba” aku menjawab sambil menakuti-nakuti dia.

“baik-baik pak, tolong bantu saya” “tapi tolong hargai kepercayaan saya dan jangan berbuat macam-macam”…

“Baik” aku menjawab sekenanya…kembali aku menaruh tanganku di perutnya, perutnya rata tanpa ada lemak sama sekali sempurna sekali gadis ini..cantik, sexy dan terutama polos alias bodoh hahaha

“mba sori saya mau tanya, mba masih perawankah?” “ouww ya sori saya Crusad…sori maksudnya Alex, mba namanya siapa?mba umur berapa”

Dia tercekat dengan pertanyaanku “Aku fanny pak, taun ini 18 tahun…maaf tapi apa hubungannya perawan atau tidak?”

“karena kalau masih perawan akan lebih mudah mba Fanny untuk menyembuhkannya…” iya menyembuhkan nafsu aku yang sedang terbakar ini maksudnya wkakaka…

“Ouww syukurlah, ia saya masih perawan pak…” jawab Fanny dengan hati yang lega. Dan aku merasakan aku mendapatkan tambang emas, gadis cantik perawan lagi wkakakaa.

pelan-pelan aku menekan-nekan perutnya dia meringis-ringis karena memang wanita ketika sedang menstruasi pasti akan merasakan kurang nyaman di rahimnya, apalagi jika ditekan-tekan, setelah itu aku menyelipkan tanganku kedalam bajunya aku mengusap-usap perut itu secara langsung…aku tau wanita paling suka jika ada benda hangat diusap-usapkan ke perutnya ketika sedang mens, Fanny terpejam menikmati tanganku mengusap-usap perutnya.

“Sakitnya agak hilang kan mba Fanny?” tanya aku…”Ia pak, bapak hebat ihh..”

aku masih terus mengusap-usap perutnya, aku mengusapnya dengan tangan kananku tangan kiriku mulai kuberanikan mulai mengusap-usap perutnya juga. tapi sebenarnya bukan itu sebenarnya tujuanku, pelan-pelan tangan kiriku bergerilya merangkak naik keatas menuju gundukan di dadanya.

tampaknya Fanny tidak menyadari bahwa tangan kiriku sudah pelan-pelan naik menuju bra yang ia pakai… pelan-pelan aku mengusap gundukan dadanya yang masih tertutup BH itu, 

Fanny masih menikmati pijatan tanganku di perutnya dan sepertinya dia sama sekali tidak menyadari bahwa payudaranya sedang aku cabuli meskipun aku hanya cabuli melalui BH yang ia pakai tetapi seharusnya dia merasakan ada tangan asing sedang memainkan bongkahan daging kenyal di dadanya itu. 

Sungguh cantik sekali memang gadis ini cantik dan seksi, walaupun hanya melalui BH’nya kekenyalan dadanya sudah dapat aku rasakan. Buah dadanya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil, ukurannya pas di gengaman tanganku, memang BH’nya agak terasa tebal spertnya dia menambahkan busa pelapis untuk terlihat semakin memperbesar payudaranya.

Sayang sekali kali ini payudara ini dijamah oleh aku, tukang sampah kompleks yang telah dirasuki setan jaman dulu.

cukup lama aku memainkan payudara Fanny, tetapi dia tetap tidak bereaksi apa-apa sepertinya dia memang merasakan kram perut yang cukup menyakitkan ketika mens jika tidak mana mungkin dia menikmati tangan tua ini mengusap-usap perutnya dan tidak menyadari bahwa sedari tadi aku telah mencabuli payudaranya ini.

Lama kelamaan aku semakin gerah dan bosan hanya begini saja menyentuh payudaranya hanya melalui BH’nya…
aku ingin melakukan lebih…
aku ingin mengusap gundukan di dadanya itu secara langsung…
aku ingin memegang payudaranya dan merasakan puting payudaranya di tanganku, aku ingin merasakan puting payudaranya di mulutku…

pelan-pelan aku mencoba menyusupkan jariku melalui celah atas bra’nya untuk mencari ujung puting payudaranya, memang bra yang ia pakai adalah tipe 3/4 cup sehingga bagian atasnya cukup terbuka untuk aku dapat menyelipkan jariku kedalam payudaranya…pelan-pelan jariku bergeser dari payudara yang masih tertutup BH ke payudaranya yang tidak tertutup payudara, kupegang tipis payudaranya itu…

Halus sekali kulit anak ini, walaupun hanya seujung jari tapi aku tau Fanny memiliki payudara yang sangat empuk dan halus..

aku menggeser kembali jariku, masuk kedalam BH yang ia pakai…mencari-cari ujung puting payudaranya

Surga dunia hampir saja kugapai…

Fanny tersadar dengan perbuatanku dan langsung mendorong diriku sambil berteriak “Bapak JAHAATT….Pergiii”

Dengan sigap langsung kubekap mulutnya…

“emmmmhhhhhhh….!” Fanny berusaha berteriak sekencang-kencangnya

dia menendang-nendangkan kaki dan memukulkan tangannya ke arah ku, tapi aku mendekap sekuat tenaga sehingga pukulannya dan tendangannya tidak begitu terasa sakit, lagipula nafsu ini sudah di ubun-ubun untuk dapat merasakan gadis cantik ini.

‘Mhmhhh….!”

“mmmmmmmhyhhhhh…!”

“bbubbbbaaaaa….!” ternyata gadis ini tidak lelah memberontak. “hehehe ssttt… jangan melawan terus cantik, cup cup nanti kamu ga cantik lagi lowh” kataku, sambil aku mengusap matanya yang mengeluarkan air mata.

sambil terus aku bekap mulutnya dengan tangan kiri, aku perhatikan gadis ini sungguh cantik parasnya… aku belai lembut rambutnya, aku rapikan poni rambutnya, “memang cantik kamu fanny, mimpi apa aku semalam sekarang bisa melihat kamu dan menyentuh kamu seperti ini” dia hanya terdiam sambil terus memperhatikan aku dengan tajam… Dia mulai sadar bahwa tidak ada gunanya melawan, karena kebodohan dia sendiri sekarang dia terjebak di keadaan ini.

Melihat keadaanya sekarang aku mulai berani untuk membelai pipi dan tengkuknya, dia tetap tidak melawan tetapi aku dapat melihat bahwa dari matanya terlihat dia masih belum sepenuhnya menyerah. Aku belai tipis tengkuk dan belakang telinganya, dan beberapa kali aku melihat dia memejamkan mata, sepertinya Fanny juga mulai merasakan kegelian dan nikmat ketika ku belai dengan lembut.

“Fanny cantik…enak kan, tenang sayang aku tidak akan menyakiti kamu… Nikmati sajalah ya?” Fanny hanya sejenak membuka mata lalu memejamkan matanya kembali

“hehehe mudah sekali makhluk cantik ini untuk di buat menyerah, sepertinya dia tidak pernah sedikitpun memiliki pengalaman seksual sama sekali…dasar bocah, beruntung sekali aku”

aku mulai mengendurkan tanganku di mulutnya dan tangan ku pun kucoba untuk mencoba menjamah kembali susunya yang sedang ranum-ranumnya itu…pelan-pelan aku memasukan menurunkan tali tanktopnya agar aku dapat melihat dengan jelas buah dadanya itu

“Buuukkkkk..!” aku merasakan ngilu yang menusuk di perutku, melihat aku telah sedikit menjauh dia menghantamkan lututnya ke perutku… belum sempat aku bereaksi…

“Duaaaakkk…!” kepalaku dihantam dengan menggunakan remote TV yang memang dari tadi ada di sofa ini.

“Siall…” Geramku…ternyata dia dari tadi sudah merencakan hal ini untuk dapat lari menyelamatkan diri. Fanny langsung lari ketika melihatku mengaduh menahan sakit di perut dan di kepalaku

tapi untung dia hanya menendang perut ini, mungkin sebenarnya dia mengarahkan ke kontolku tapi tidak tepat sasaran… Sedetik kemudian aku berdiri mengejar dia.

Fanny berlari menuju pintu ke garasi dia tertahan karena pintu itu tidak dapat terbuka, dia lupa bahwa grendel pintu itu terpasang sehingga pintu itu tidak dapat terbuka, aku langsung berlari dan menarik rambutnya dari belakang…

Kubekap dia dari belakang…dan kubisiki

“hehe kau ingin main kasar rupanya, untung tadi grendel pintu ini sudah aku grendel pada saat kau tidak lihat” geramku di kupingnya…

“gadis cantik sebentar lagi akan kubuat dada ini” kuremas kasar dadanya, Fanny menangis sesengukan dalam bekapanku…

“Dan memek ini akan kujadikan miliku dan kubuat lebih berdarah-darah lagi dibanding sekarang…!” aku membelai paha’nya lalu menyingkap-kan roknya lalu kutaruh tanganku di pangkal selangkangnya..

“darah mens dan darah P E R A W A N mu F A N N Y…..!” ku katakan dengan pelan dan pasti masing-masing kata itu agar merasuk kedalam hati dan pikirannya, kuremas pelan memeknya dari luar celana dalamnya…

“HAHAHAHAHAHA…..hahahahahaha”

mukanya pucat dan tubuhnya bergetar setelah mendengar semua kata-kataku itu, kurasakan kakinya goyah sehingga aku harus menahan badannya agar tidak terjatuh. Tanganku yang berada di selangkannya terasa basah dan hangat, makin lama makin terasa basah…

“hahaha dia ketakutan sampai terkencing-kencing” pikirku…

“Fanny jangan pipisin tangan bapak dong cantik, pipisin kontol bapak aja ya sebentar lagi…..hahahahaha” tertawa aku tergelak selesai berkata itu.

“MMMMMMmmmmuuauaaahhhhh” Fanny berteriak kencang tapi percuma karena kubekap mulutnya…dia berontak tapi lemah tak bertenaga.

kulepas bekapanku di mulutnya Fanny hanya terdiam menangis sesengukan… Aku hentikan remasan di memeknya, aku tanya dia “Cantik kamar orang tua kamu yang mana??”

Dia langsung menjawab “Di atas pak, di sana ada banyak perhiasan pintunya tidak dikunci… di atas pak, tolong jangan apa-apa kan saya, apalagi saya sedang datang bulan pak, tolong lepaskan saya” Fanny mengiba sepenuh hati, menegosiasikan kesucian dirinya dengan perhiasan orang tuanya.

“Baik…coba tunjukan ke bapak kamarnya dimana” aku berpura-pura mengiyakan permohonannya untuk tidak jadi memperkosa dia.

” Janji pak jangan perkosa saya, saya masih perawan pak masa depan saya masih panjang dan saya juga sedang datang bulan pak bisa menimbulkan penyakit kalau kena darah kotor pak” Fanny berusaha menguru’i setan macam aku, “mana mungkin kulepaskan mahkluk cantik ini, apalagi dia sedang datang bulan ini yang membuat’ku lebih bernafsu lagi untuk segera mencicipi memeknya yang sedang berdarah itu” pikirku sambil berusaha menahan tawa agar ia mau menunjukkan kamar orang tuanya…

pelan-pelan Fanny berdiri berjalan di depan ku, melewati ruang tamu dan menuju tangga besar ke lantai dua rumahnya… Di dekat tangga terlihat foto besar yang digantung di dinding, bersama beberapa pigura-pigura untuk foto yang lebih kecil tergantung di bawahnya. 

Di foto yang paling besar terlihat Orang tua dan dua anak perempuan yang masih kecil, sepertinya itu dibuat ketika fanny masih kecil. Tapi yang paling menarik perhatiankku adalah sebuah foto di barisan paling ujung tetapi terlihat paling baru karena karena Fanny terlihat sudah seperti yang aku lihat sekarang. Aku tertarik dengan sesosok wanita yang berdiri di sebelah Fanny di dalam foto tersebut, aku bertanya “Fanny siapa itu duduk disebelah boneka sama kamu??”…

“ouw itu Caroline adik ku” Jawab dia…

hehehehe sepertinya aku akan lama di tubuh bapak tua ini, ternyata mahkluk cantik ini memiliki adik yang tidak kalah cantiknya. Kalau aku tebak adiknya mungkin masih SMP atau SMA jika dilihat dari postur badannya, tetapi kecantikannya sudah terlihat, hampir secantik Fanny tetapi terlihat lebih muda dan kecil.

Kupertahankan mimik muka ini agar fanny tidak curiga kalau aku juga ingin memperkosa adiknya… 

Aku ikuti terus fanny sampai ke lantai dua, dia menunjuk sebuah kamar di ujung lantai tersebut dekat dengan balkon yang mengarah ke jalanan. “Ayo jalan, bukakan pintunya kamu harus ikut masuk…bapak tidak mau lagi dibohongi kamu dan kamu lari lagi” “Tenang bapak tidak akan menyakiti kamu asalkan benar di dalam sana ada yang berharga”…

“Benar pak, dikamar papi mami ada perhiasan dan uang…ambil saja semau bapak asal jangan sakiti saya” fanny berusaha meyakinkan aku kembali

“Makanya ayukk jalan cantik, jangan memperlama waktu…” aku berkata lembut agar ia percaya dengan muslihatku, “akan kuperkosa kau di kamar orang tuamu cantik…!” Hatiku berdegup memikirkan apa yang akan kuperbuat di kamar itu

sesampai di depan kamar itu, Fanny pelan-pelan membuka pintu dan berjalan masuk kedalam…aku mencari saklar lampu dan menyalakannya.

“Clickk…” terang lampu menyinari kamar itu, ada sebuah ranjang besar di tengah kamar itu dengan seprainya yang berwarna putih dan tumpukan bantal-bantal yang terlihat sangat empuk untuk ditiduri…kamar ini terlihat sangat mewah dengan ukir-ukiran di langit-langitnya dan di perabotan yang ada di kamar tersebut.

Fanny berjalan mendekati sebuah lemari yang ada di pojok ruangan tersebut, dia perlahan membuka lemari tersebut dan mencari-cari sesuatu di dalamnya. Sejenak kemudian dia mengeluarkan sebuah kotak kayu dari lemari tersebut, ketika dia berbalik badan ke arahku….

“Cekleekk…” bunyi kunci pintu yang aku putar untuk mengunci pintu tersebut…

Muka Fanny langsung memucat dan ia jatuh lemas bersandar di lemari itu, kotak kayu yang berisi perhiasan itu pun jatuh ke lantai…

Aku tersenyum dan berjalan mendekati dia…”yukk cantik kamar ini sempurna untuk acara perkawinan kita”

“Tidaaaaakkkkk……” Fanny berteriak kencang

aku menarik tangannya dengan kencang sampai ia terlonjak ke arahku, aku peluk dia…Dia menangis lagi tersedu-sedu menyadari nasibnya

Aku mengangkat badannya yang cukup mungil itu ke tempat tidur ayah dan ibunya ini, kuletakan pelan di atas seprai halusnya..

Fanny langsung mundur ke arah pinggir tempat tidur.

“jangan pak, aku masih perawan…” “aku sedang mens, aku sedang kotor bisa menyebakan penya…. Plaakkkk…!

“Ppplaaaakkk…” belum selesai ia berkata-kata aku tampar pipinya.

“Arrrgghhhh…” aku pegang dan tekan keras rahangnya dengan satu tangan sampai mulutnya membentuk huruf O…

Kamis, 22 Agustus 2019

Cerita Sex Inge Anak Bosku

Cerita Sex Inge Anak Bosku


Aku bekerja sebagai seorang sopir untuk pengusaha WNI kaya di Surabaya. Namaku Herman, umurku 25 tahun, dan berasal dari Malang. Aku sudah bekerja selama 3 tahun pada juraganku ini, dan aku sedang menabung untuk melanjutkan kuliahku yang terpaksa berhenti karena kurang biaya.

Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dengan tubuh atletis dan kekar berkat latihan beban yang sangat aku gemari. Banyak teman SMA-ku yang dulu bilang, seandainya aku anak orang kaya, pasti sudah jadi play boy kelas berat. 

Memang ada beberapa teman cewekku yang dulu naksir padaku, tetapi tidak aku tanggapi. Mereka bukan tipeku. Entah mengapa, aku paling suka dengan wanita keturunan. Paling tidak tahan aku kalau melihat kulit mereka yang putih mulus, ingin rasanya merasakan kelembutannya.

Mungkin memang sudah normal bila seseorang tertarik dengan ras yang lain. Juraganku punya seorang anak tunggal, gadis berumur 17 tahun, kelas 2 SMA favorit di Surabaya. Namanya Inge. Tiap hari aku mengantarnya ke sekolah. Aku kadang hampir tidak tahan melihat tubuh Inge yang seksi sekali.

Tingginya kira-kira 170 cm, dan payudaranya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dengan penampilannya dengan rok mini dan baju seragamnya yang tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya.

Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang aku melirik melihat pahanya yang putih mulus dengan bulu-bulu halus atau pada belahan payudaranya yang terlihat dari balik seragam tipisnya itu.

Tapi aku selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aku macam-macam bisa dipecatnya aku nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa berantakan. Siang itu seperti biasa aku jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aku parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aku menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.
Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.

“Siang, Non.., mari saya bawakan tasnya”.
“Eh, Pak, udah lama nunggu?”, katanya sambil mengulurkan tasnya padaku.
“Barusan kok Non..”, jawabku.
“Nge, ini toh supirmu yang kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih, ha, ha..”, salah satu temannya berkomentar. Aku jadi rikuh dibuatnya.
“Hus..”, sahut Non-ku sambil tersenyum. “Jadi malu dia nanti..”.

Segera aku bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga ikut dan duduk di kursi belakang.

“Kenalin nih Pak, temanku”, Non-ku berkata sambil tersenyum. Aku segera mengulurkan tangan dan berkenalan.
“Herman”, kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.
“Mei-Ling”, balasnya sambil menatap dadaku yang bidang dan berbulu.
“Pak, antar kita dulu ke rumah Mei-Ling di Darmo Permai”, instruksi Non Inge sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
“Baik Non”, jawabku. Tak terasa penisku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu. Ingin rasanya aku menjilati paha itu, dan kemudian mengulum payudaranya yang padat berisi, kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta, ahh.

Tak lama kitapun sampai di rumah Mei-Ling yang sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Inge ke luar dan menyuruhku ikut masuk.

“Saya di luar saja Non”.
“Masuk saja Pak, sambil minum dulu, baru kita pulang”.
Akupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.
“Duduk di sini aja Pak”, kata Mei-Ling menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.
“Ayo jangan ragu-ragu..”, perintah Non Inge melihat aku agak ragu.
“Mulai disetel aja Mei”, Non Inge kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.

Tak lama kemudian, film pun dimulai, Woww, ternyata film porno. Di layar tampak seorang pria negro sedang menyetubuhi dua perempuan bule secara bergantian. Napas Non Inge di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas tanganku. 

Akupun sudah tidak tahan lagi dengan segala macam cobaan ini. Aku meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aku tarik rambutnya, dan kemudian dengan gemas aku cium bibirnya yang mungil itu.

“Hmm Eh”, Suara itu yang terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih meremas-remas payudaranya.

Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga tampak bongkahan daging kenyal yang putih mulus punya Non-ku itu. Aku singkap BH-nya ke bawah sehingga tampaklah putingnya yang merah muda dan kelihatan sudah menegang.

“Ayo, hisap Pak.., ahh”. Tak perlu dikomando lagi, langsung aku jilat putingnya, sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri. Aku tidak memperhatikan apa yang dilakukan temannya di sebelah, karena aku sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Inge.

Setelah puas menikmati payudaranya, akupun berpindah posisi sehingga aku jongkok tepat di depan selangkangannya. Langsung aku singkap rok seragam SMA-nya, dan aku jilat CD-nya yang berwarna pink. Tampak bulu vaginanya yang masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.

“Ayo, jilatin memekku Pak”, Non Inge mendesah sambil mendorong kepalaku. Langsung aku sibak CD-nya yang berenda itu, dan kujilati kemaluannya.
“Ohh, nikmat sekali”, erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yang sedang aku kerjai. Benar-benar beruntung aku bisa menjilati kemaluan seorang gadis kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas payudaranya yang besar dan kenyal itu.

“Aduh, cepetan dong, yang keras, aku mau keluar.., ehhmm ohh..”. Tangan Non Inge meremas rambutku sambil badannya menegang. Bersamaan dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung aku jilat habis. Akupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaku. Tapi sebelum sempat aku buka celanaku, Non Inge telah ambil alih.

“Biar saya yang buka Pak”, katanya.

Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang berukuran 20 cm dan sudah tegak, bergelantung ke luar.

“Ih, besar sekali”, desis Non Inge, sambil tangannya mengelus-elus penisku.

Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala penisku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aku remas rambutnya yang berbando itu, dan aku gerakkan pantatku maju mundur, sehingga aku seperti menyetubuhi mulut anak juraganku ini. 

Rasanya luar biasa, bayangkan, penisku yang berukuran 20 cm itu dan berwarna hitam legam sedang dikulum oleh mulut seorang gadis manis. Pipinya yang putih tampak menggelembung terkena batang kemaluanku.

“Punyamu besar sekali Pak, saya suka.., ehmm..”, katanya sambil kemudian kembali mengulum kemaluanku.

Setelah kurang lebih 10 menit Non Inge menikmati penisku, dia suruh aku duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sambil membuka seluruh pakaiannya sehingga dia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, dan diarahkannya penisku ke liang vaginanya.

“Ayo.., setubuhi saya..”, katanya memberi instruksi, aku tahu dia ingin merasakan nikmatnya penisku yang besar itu. Diturunkannya pantatnya, dan peniskupun masuk perlahan ke dalam liang vaginanya.

Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi penisku untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separuh dari penisku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.

“Ahh, yeah, sekarang masukin deh penis bapak yang besar itu di memekku”, katanya sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya putingnya untukku.

“Yah, begitu dong Pak”, Tak perlu aku tunggu lebih lama lagi langsung aku lahap payudaranya yang montok itu. Sementara itu Non Inge masih terus naik turun sambil kadang-kadang memutar-mutar pantatnya, menikmati penis besar sopirnya ini.

“Sekarang setubuhi saya dalam posisi nungging..”, instruksinya. Diapun turun dan menungging menghadap ke sofa.

“Ayo Pak.., setubuhi saya dari belakang”, Non Inge menjelaskan maksudnya padaku. Akupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus pantatnya yang padat.

Kemudian kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut yang mengelus penisku dan membantu memasukkannya ke liang vagina Non Inge. Aku lihat ke samping, ternyata Mei Ling, yang membantuku menyetubuhi temannya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus pantat dan pahaku.

Aku langsung menyetubuhi Non Inge dari belakang. Kugerakkan pantatku maju mundur, sambil memegang pinggul Nonku.

“Ahh, Pak, Pak, Terus.., nikmat sekali”, Non Inge mengerang nikmat. Tubuhnya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Inge makin hebat.

Mei Ling sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat.

“Ohh.., terus dong pak yang cepat”, Non Inge mengerang makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi penisku.
“Non, saya juga hampir keluar..”, kataku.
“Tahan sebentar Pak.., keluarin dimulutku”, kata Non Inge.

Non Inge dan Mei Ling berlutut di depanku, dan Mei-Ling yang sejak tadi tampak tak tahan melihat kami bersetubuh di depannya, langsung mengulum penisku di mulutnya. Sementara itu Non Inge menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat penisku dengan penuh nafsu. Akupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yang sedang memuaskan nafsu birahi mereka.

“Ayo, goyang yang keras Pak..”, Non Inge memberiku instruksi sambil menelentangkan tubuhnya di atas karpet ruang keluarga.

“Ayo penisnya taruh di sini Pak”, kata Non Inge lagi. Akupun segera menaruh berlutut di atas dada Non-ku dan menjepit penisku di antara dua bukit kembarnya. Segera aku maju mundurkan pantatku, sambil tanganku mengapitkan buah dadanya.

“Oh, nikmat sekali..”.

Sementara Mei Ling sibuk mengelap tubuhku yang basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, akupun tak tahan lagi. Kuarahkan penisku ke dalam mulut Non Inge, dan dikulumnya sambil meremas-remas buah pelirku.

“Ahh, Non, ahh”, jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Inge. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Inge dan Mei Ling sibuk menjilati bersih batang kemaluanku.

Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua Inge termasuk orang tua yang strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam perjalanan pulang, Inge memberiku uang Rp 100.000,-.

“Ambil Pak, buat uang rokok, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi ya”, katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk senang.
“Besok kita ulangi lagi ya Pak, soalnya Mei-Ling minta bagian”.

Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Inge akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yang terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga teman-temannya, Mei-Ling, Linda, Nini,dll.

Tapi akupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Inge, akupun dapat menikmati tubuh remaja mereka yang putih mulus.

Cerita Sex Mama Anak Sama-Sama Germo Sex

Cerita Sex Mama Anak Sama-Sama Germo Sex


Namaku Shinta. Aku seorang gadis remaja, usiaku 15 tahun. Semua temanku menyukai ku karena keceriaan aku dalam berteman. Duduk di bangku smp aku biasa disebut gadis yang suka bergaul, lincah dan centil. Namun berjalannya usiaku yang semakin dewasa. 

Banyak pembicaraan yang aku dengar dari tetanggaku. Maupun dari teman-temanku. Bahwa aku dari anak seorang pelacur murahan. Tempat pelacuran yang terkenal di daerah bekasi. Komplek pelacuran tanah merah Kedung Waringin. Yang berdiri di atas tanah tanggul. Disanalah ibu ku mencari nafkah, dengan menjual dirinya kepada laki-laki pemburu shahwat.

Aku tidak perduli, karna memang aku belum mengerti tentang apa itu pelacuran. Akupun tak perduli apa yang di lakukan ibuku dengan profesinya. Yang aku tau aku mempunyai seorang Ayah tiri dan ibu kandung.

Aku pernah bertanya dengan ibu ku. Siapa ayah kandungku. Namun ibu hanya terdiam dan menganggap ku anak yang masih kecil, yang penting kamu bisa jajan ga usah nanya-nanya soal ayahmu..Itulah yang keluar dari mulut Ibu ku kalo aku menanyakan tentang siapa Ayah kandungku.

Aku lihat ibu bersolek dengan Farfum bau yang menyengat hidungku. Sore pukul 18.00 Ibu bersiap untuk pergi bersama ayahku seperti biasa.

“Kamu jaga rumah nak..kalau mau keluar tolong pintu di kunci yang rapat” Pesan ibu ku di kala setiap mau pergi.

Yang aku tahu kepergian mereka setiap malam, untuk mencari uang. Aku tidak perduli dan memang gak harus peduli. Yang penting aku dapat sekolah dan bisa jajan yang di berikan orang tua ku.

Pukul 07.00 Aku bersiap untuk berangkat sekolah. Kulihat di kamar orang tuaku mereka belum terlihat, berarti mereka belum pulang dari tempat mereka mengais rejeki. Aku bergegas mandi. Waktu hampir menunjukan setengah delapan kurang berarti aku telambat, karna memang hari ini akan ada acara OSIS, jadi harus pagi sekali aku berangkat ke-sekolah.

Terbiasa hidup sering di tinggal orang tua membuatku menjadi gadis belia yang bebas tampa ada yang melarang kemana pun aku pergi bermain. Tidak perdulinya orang tua ku dengan apa yang aku lakukan membuat ku menjadi anak yang kuarang perhatian dan kasih sayang. Termasuk urusan aku sekolah pun Orang tua ku tidak memperdulikan.

Bergegas aku berangkat ke sekolah. Bagas sahabat karib kekasih ku, Rian sudah membully ku

“Widiiih.. cantik bener loe hari ini Shin!” ” Rayu bagas teman tapi mesra-ku

“Mmm mau cantik kek, mau jelek kek, masalah buat loe.” Ku perlihatkan mukaku dengan jutek.

Aku pun berlari menuju ruang kelas dengan berlari kecil. “Shiin.. di cari’in ama Rian..” Teriak bagas.

“Bo’do amat cowok kurang kurang berani ..hehehe.” Cela ku.

Rian adalah kekasih ku, juga sebagai kakak kelas ku. Dengan nya aku selalu mengungkapkan curhatanku padanya. Namun hari-hari ini dia selalu menghindar dari ku. Entah kenapa yang membuat dia selalu menghindar dariku. Bahkan sms ku jarang di balas, pon pun sering di rijek. Namun aku tidak memperdulikan, karna aku memang bebas lepas tampa ikatan apapun dari orang tuaku maupun dari pacarku Rian.

Memang seminggu sebelumnya. Rian mencoba datang kerumahku di malam minggu. Mencoba untuk mengetahui siapa dan apa keluargaku. Mungkin itu dia mulai memberanikan main kerumahku.
Sebelumnya Rian hanya berani menemuiku di jalan dan mengobrol di tempat yang gelap.

Bisa di katakan Rian sangat pemalu, justru yang bertentangan dengan sifatku yang bebas.
Namun di balik pemalunya aku suka. Suka untuk menggoda dia agar menjadi Cowok yang gentleman.

Apalagi dengan yang polos membuat aku menambah suka padanya. Bisa di katakan kami pasangan remaja yang Fenomenal di sekolah kami. Dengan gaya tomboy tapi seksi dan Rian seorang anak cowok yang kuper dan pemalu. Sehingga menjadikan kami sepasag yang gak nyambung dalam sifat.

“Riaan nanti malam main yah kerumah.. jangan di tanggul mulu ah, ketemuannya .” Aku mengirim Sms.
“Gak ah.. aku takut lihat ibu mu say..” Balas Rian.
“Ih kamu mah masa sama ibu ku aja takut.. gimana mau pacaran di rumah kalau lihat ortu ku takut.” Jawabku dalam sms itu.
“ii ya dah nanti yah jam delapan..” Balas Rian.
” Ok sayaang aku tunggu yahh..” Balas ku kembali.
Rasa gembira di hatiku ketika Rian bersedia untuk main kerumahku..

Tidak seperti biasa. Aku melihat ibu ku tidak bersama ayahku. Biasanya mereka kalau mau berangkat ke tempat warung remang-remang yang mereka kelola, selalu berdua. Namun kali ini aku melihat ibu ku sendiri berdandan dan menghias diri.

“Bu Ayah kemana ko gak kelihatan,” Tanya ku pada ibu ku yang masih bertelanjang, hanya BH dan celana dalam yang ia kenakan yang menurut ku sangat seksi di kenakan ibu ku yang setengah baya itu. Dengan stockingnya yang hitam dan tembus pandang, terlihat seksi aku lihat.
Ayah duluan ada urusan sama teman-temannya. kamu gak keluar malam ini..” Kata ibuku.

“Mmm… gak bu.. ooh nanti temen Shinta mau maen kemari bu..” Kilah ku.
“Cowok yah.” Kata ibu ku.
“Iya bu namanya Rian temen sekolah ku..”
“Temen apa pacar,..” Ledek ibu sambil menggunakan lipstick di bibirnya.
“Temen..bu..” Aku sedikit berbohong.
“Ya udah yang penting kamu hati-hati jaga diri dan rumah. Ibu mau berangkat yah..” Kata ibu ku sambil memegang hp nya sepertinya mau menelpon seseorang entah ayahku atau lelaki lain, selain Ayahku.

“Haloo sayang.. aku sudah siap nih.. jemput aku yah..” Kata ibu ku dalam pembicaraan di hand phon-nya.

Rupanya Ibu mau berangkat bersama lelaki lain dan bukan Ayah tiriku.

“Ibu berangkat sama siapa.?” Tanyaku.
“Ini temen Ayahmu, sesama Preman di sana ” Kata ibu ku

Aku hanya mengangguk walaupun gak aku mengerti apa yang ibu maksud..

Terlihat seseorang lelaki yang ibu maksud. Dengan menggunakan motor gede, berjaket hitam, dan berperawakan cukup tegap, memakir motor di depan rumah ku. Rupanya teman pria ibuku.

“Permisi dee.. ibu ada.?” Sapanya
“Ada pak.. tunggu yah.. ibuu ada yang nyariin .” Teriak ku dan segera kedalam menghampiri ibu yang masih berada di kamar.

Ibu pun keluar. Rupanya ibu belum selesai berdandan.

“Silahkan masuk mas.. mmm.. aku belum selesai dandannya mas.” Kata ibu ku dengan manja.
“Ok aku tunggu yah.. cepetan dandannya.. ” Kata pria itu sambil duduk di sofa.

Setelah berapa lama ibu tidak kunjung keluar dari kamarnya, ternyata membuat lelaki itu gelisah menunggu. Sebentar berdiri sebentar duduk. Melihat tingkah laku Pria itu, aku pun jadi risih melihatnya. Akhirnya aku memutus untuk keluar, dan menunggu Rian yang mau datang menemuiku.

Selang berapa lama aku mencoba untuk kembali kedalam. Aku terkejut ternyata pria itu tidak ada di dalam, aku cari kesetiap pojokan ruangan. “Mmm.. kemana om-om tadi ,” Bathinku.
Terlihat daun pintu Ibu ku terbuka, aku penasaran, ‘Apakah om-om tadi ada di kamar Ibu ku.’

Dugaan ku benar, ternyata om-om itu sudah ada di dalam kamar Ibuku. Namun aku gak berani mengintipnya, aku hanya mendengarkan suara dari balik daun pintu mamahku.

“Mas jangan sekarang kita kan mau pergi.. nanti telambat looh.. eehh” Sekilas aku mendengar ibuku berbicara dengan om-om itu.
“Sebentar aja .. nanti dah selesai baru kita berangkat..” Kata om-om itu dengan manja.
“Ya udah tapi ingat yah, sebentar saja… buru-buru kamu keluarin… awas loo mas, takut suami ku menunggu.” Terdengar ibuku berucap manja.
“Tenang aja maam.. aku tau cuma sekalii aja selagi suami kamu disana! kapan lagi aku bisa menikmati memek Mamih..” Ucap om-om itu yang memilukan telinga ku.

Rasa penasaran terlintas di hatiku, untuk melihat apa yang di lakukan om-om itu di kamar Ibu ku.

Rasa untuk mengintip akhirnya aku lakukan. Rasa jantung ini berdebar kencang, saat-saat aku membuka daun pintu itu, secara perlahan-lahan. “Astaga… aku melihat Ibuku di cumbu dan di cium dengan rakusnya. uleh om-om itu. Sudah dalam keadaan bertelanjang tidak sehelai benang pun yang menempel dubuh nya. Sambil duduk di samping tempat tidur. 

Dan aku meliahat om-om itu berdiri di hadapan Ibu ku, entah apa yang di lakukan Ibu ku. Ibu ku berhadapan deket sekali dengan selangkangan om-om itu. Aku kurang jelas melihatnya, karena pantat om-om itu menghalagi muka Ibu ku. Aku penasaran apa yang di lakukan Ibu.

Tak berapa lama, om-om itu membuka celana jiens nya, aku lihat bokong nya yang kekar walaupun hitam. Dengan terhalang bokong om-om itu, aku kurang tau apa yang di lakukan ibu ku, terlihat ibu ku sedang memainkan penis om-om itu.

Aahh.. makin penasaran aku dengan mereka, apa yang mereka perbuat dengan begitu, maklum aku belum pernah mengetahui apa yang mereka perbuat. Sedikit aku pejamkan mata, rasa takut dan penasaran, menyelimutiku. Ku lihat kembali ternyata mereka sudah keadaan bugil. 

Ku lihat ibu sedang asik memainkan selangkangan om-om itu. Si om hanya meringis terdengar desahannya. “Ahhh…eehmm.. enak sayaang aahh aku suka aahh uuuhhh..” desah om-om itu.
“Ayoo.. mas buruan kuarin… uuhuhuhu..” Terdengar desahan ibu ku yang merintih nikmat.

Aku perhatikan dengan penuh penasaran, aku kaget ketika si om-om itu membalikan tubuhnya dengan kaki kanannya yang di angkat ke sisi tempat tidur, dan menyamping. Kini aku melihat jelas apa yang di lakukan ibu ku. Ternyata sedari tadi Ibu ku sedang memainkan penis om-om itu dengan mulutnya. Aku merasa jiik melihatnya, namun rasa penasaranku semakin mem beranikan diriku untuk mengintipnya. Terlihat ibu sangat menikmati Penis om-om itu, terliahat besar dan memanjang.

Dengan lidah nya ibu ku menjilati setiap sisi batang penis om-om itu. Om-om itu hanya mendangak keatas, dan terkadang tersenyum puas memandang wajah ibu ku yang sedang bernafsu menikmati batang penis om-om itu. Di masukan dalam-dalam, di jilati kepala penis itu. “Mmm…. enak mas..mm.. besar banget si mas..mmm.. pakai obat yaah..” Desah ibu ku terdengar sayup-sayup.”.

Si om-om itu hanya tersenyum mendengar gumamam ibu ku. “Suka yah sayaang.. suka kan yang gede-gede..hehehe.” Ledek om-om itu dengan senyum puas.

Om-om itu bergerak kembali kehadapan ibu ku. dan memaksa ibu ku bertelentang. Dengan posisi berdiri om-om itu mencelentangkan ibu ku. Ibu ku menuruti apa yang di minta om-om itu. Dengan posisi kaki di angkat ke atas, Ibu ku mengangkangkan ke dua pahanya yang terlihat besar dan putih. 

Terangkat setinggi-tingginya membuat Vagina ibu ku begitu nyata terlihat tebal, tembem dan di tumbuhi bulu-bulu yang lebat di sekeliling vaginanya. Om-om itu pun segera berjongkok di sisi di mana ibu ku sedang mengangkangkan ke dua paha nya.

“Mmm… sayang besar banget memek kamu.. uh.. mmm.. aku jilatin yah.” Kata om-om itu.

Sssst… Om-om itu mulai memainkan lidahnya. Dengan rasa rakus Vagina ibu ku di santapnya, di gigit lelentit yang sedari tadi sudah membesar dan memerah.

“Mm.. iyaah… ahh.. geliii…” Rintih ibu ku sambil bergelenjang nikmat dan gerakan yang tidak teratur dan nafas tersengal-sengal, membuat ibuku mengayun-ngayun kan kakinya ke atas.bak seperti mengayuh sepeda. “Ahhh,,, mas uhh…oyo mas …uuhh ..ssst..ehmmm…isep terus mas uuhhh…” Ibu ku makin bergelinjang nikmat. 

Merasa nikmat yang sangat luar biasa yang di lakukan om-om itu di vagina ibu ku, membuat ibu bergelinjang dan menaikan bokongnya berulang-ulang, sehingga membuat om-om itu sulit untuk menjilati. Si om-om itu tidak kehabisan akal, di dekapnya kedua kaki ibu ku dengan kedua tangan nya, sehingga membuat ibu ku tidak lagi bergelinjang.

“Maaass….eeenakk…ahh… geli maass… ssst..” Ibu mendesah dengan muka menoleh kearah om-om itu. Tangan nya memegang kepala om-om itu yang berrambut cepak.

Om-om itu asik menjilati vagina ibu ku yang terlihat tembem, dan penuh dengan bulu-bulu yang menghiasi di sisi-sisi vaginannya dengan sangat indahnya dan teratur rapi. Karna ibu ku memang suka merawat tubuhnya, apalagi veginanya yang selalu di jaga kebersihannya. 

Dengan rakusnya om-om itu menjilati vagina ibu ku, dan membuat ibu ku bergelinjang nikmat dengan desahan dan nafas yang tersengal-sengal yang membuat suasana menjadi mencekam. “Aaahh…eeennaak ..mas uh.. ayo mas isep terus uh.. aah..” Desah ibu ku. “Mmm…ssssst….” Om-om itu pun berdesah sambil menghirup air yang keluar dari vagina ibu ku.

“Ahh…slursuslp…ssst ..mmm,,oh..” Dengan bangganya om-om itu bisa membuat ibuku puas dengan mainan lidahnyanya di kelentit ibu ku yang terlihat membesar dan memerah.Terasa seperti mementil, lidah om-om itu mengulum-ngulum kelentit ibu ku.

Tak puas dengan perminan lidahnya di liang vagina ibu ku, om-om itu mulai mengocok-ngocok penisnya dengan tangannyasendiri. Rupanya si Om sedang membangkitkan penisnya kembali.

“Cepat.. memebesar doong..Cepet keluarin.. aku takut mas.. suami ku menunggu ..ahh” Teriak ibu ku. Rupanya ibu ku tersadar bahwa ia sedang di tunggu ayah tiriku di warung, di mana para wanita anak buah ibu ku menjajahkan kenikmatan sesaat.

Mendengar ibu sedang di tunggu ayah, aku jadi takut kalau ayah tiri datang menjemput ibu ku. Dan ternyata ada laki-laki yang menggauli ibuku. “Ah biar lah toh sudah terbiasa mungkin.” Bathin ku.

Setelah kupandang lagi. Ternyata ibu ku sudah bergumul dengan om-om itu.

Terlihat dengan posisi ke dua kaki ibu ku berada di pundak om-om itu. dan si om posisi berdiri dan berpegangan dengan kedua tangannya ke kasur. Pantatnya yang terlihat besar membuat aku ikut merangsang memperhatikan bokong om-om itu.

‘cpluk, cpluk, cpluk,’ Terdengar suara dari sentuhan kulit ibu ku dan om-om itu.
“Ahh…enaaak…mam…ah.. uh uh uh..” Om itu dengan cepatnya menghujamkan penis nya ke vagina ibu ku.
“Eeeeh…aaahh…pelan-pelan mas.. ah.. uuh..aaah..” Sangat berdesir aku mendengarnya.

Desahan mereka membuat aku gak bisa diam melihatnya. Tampa ku sadari aku pun terbawa nikmat seiring gerakan dan desahan mereka. “Eeegghht… aku merabah sedikit celana dalam ku yang ku kenakan. tak sadar aku pun merabah vaginaku..”Ohh…mmm.” Ternyata vaginaku ikut basah. “Ahhh…eeeemm…” Ku rasakan denyut di dinding vaginaku dan tersa gatel “eeehss..” Aku terus berdesah, meracau sendiri.

Tiba-tiba sms berbunyi.. triliiing..Ku baca sms itu ternyata dari cowokku. Aku pun teringat kalau Rian yang berniat mau main kerumahku.

“Aku di depan rumah nih.” Tulis sms nya
“Oh yah masuk aja kerumah. ” Balas ku.

Suara motor terdengar, ia pun memakirkan motornya di sebelah motor om-om itu.

“Ini motor siapa say.” Tanya Rian
“Motor tamu Ibu ku.” Jawabku.
“Ohh.. ada tamu yah. gak mengganggu say..” Rian kembali berujar. Rupanya masih ada ragu di hati Rian untuk berkenalan dengan Ibuku ku.
“Gak apa-apa ko ayo masuuk..”Ajak ku, dan segera menarik tangan Rian ke ruang teras depan rumah.

Rian pun duduk di bangku yang khusus untuk tamu yang mau bersantai di ruang teras rumah
Aku pun duduk sebelumnya aku mengambilkan minuman untuknya. “Di minum sayang….” Tawar ku.

Aku pun segera mengambilkan minuman untuk Rian. Ketika langkah ku mau menuju dapur untuk mengambilkan minuman untuk Rian. Terbesit di hatiku ingin mengintip sekali lagi apa yang di lakukan ibu ku terhadap om-om itu. “Ahhh.. ..” Kucoba untuk membuang rasa penasaranku. Aku pun menuju ruang dapur. Namun desahan ibu ku membuat aku semakin penasaran untuk melihatnya lagi.

“Ah .. ah .. ah… eeehhgt… ssst..” Terdengar desahan ibu ku yang semakin menggila ku mendengarnya.

Untuk menghilangkan rasa penasaranku ku coba untuk mengintip kembali. “Enak..mas..aaahh..enaaakkk” Teriak om-om itu dengan nafsunya menghujamkan vagina ibu ku dengan posisi Doggy Style. “Uhh.. aahh..” Kulihat ibu posisi menungging dan dengan leluasa-nya om-om itu mengocok-ngocok penis nya maju mundur dengan cepat ‘plok plok plok.. “aahhhh..uuh..gilaa..aaght..ehm.. masih enak memekmu mam..eeh..”om-om meracau. “Setan lo mas..eehh.. dah tua-tua juga masih doyan meemeekk bini .. oorang uuhh..ahhh..” Hardik nikmat terdengar dari rintihan nikmat ibu ku.

Om-om itu mencoba memegang rambut ibu ku yang panjang terurai. Di jambak dan di kepal rambut ibuku yang terlihat masih tebal. Dengan mengepal rambut ibuku seperti menarik delman om-om itu dengan asiknya mengocok-ngocok vagina ibu ku dengan gerakan maju mundur dengan cepat

“Aw aw aw.. kamu nakal mas uuh mau di apakan rambut ku.” Kata ibu dengan mata sayu nikmat. Ibu ku hanya pasrah dan menikmati vaginanya “Uuuh..ee..eenaakk aaahh….”. Merasakan begitu terasa nikmatnya, dan lebih nikmat dari penis ayah tiriku. Mungkin itu yang terukir di hati ibu ku saat sedang merasakan vaginannya di kocok-kocok sama om-om itu

“Ayo… maas.. sayang uuhh enaakk..aahh ” Ibu ku kembali mendesah “Ini aaa..eeehh gurih memek kamu sayaaang, aahhh..eenakk.. say…enak memek kamu oohh…” Racau om-om itu. ‘plok plok plok’ Suaranya begitu jelas aku dengar, sentuhan dari kulit mereka. sleb bleb sleb bleb “Ahh,,, uuhhh.” “Maass…sssstt gila kamu mas kontolmu giilaaa..uhh..” Lagi-lagi ibu ku meracau nikmat “Ahhh..” Dengan gerakan volume yang cepat, terlihat jelas di mataku, penis om-om itu keluar masuk ke vagina ibu ku.

“Ah.. pelan-pelan maaas..” Uh ibu sangat menikmatinya. “iya sayaaang aku kayanya ma ma mau keluar nih..eeegh..” Terdengar suara om-om itu dengan terbata-bata. Om-om itu semakin bersemangat mengocok vagina ibu ku dengan penisnya yang terlihat batang dan urat-uratnya sudah mengencang “Aku siaap maas..menerima peju mu ..aah..” desah ibu ku..”

Om-om itu mengejang otot-ototnya, sepertinya akan keluar sesuatu dari penisnya, yang telah mengacak-ngacak vagina ibu ku. “Aght… aku keluar sayang uuuh..” Tiba-tiba om-om itu naik keatas punggung ibuku, yang masih posisi meningging. “Eehh mau kemana kamu maas..” Kata ibu ku, sambil membalikan kepalanya keatas. Yang ternyata terlihat penis om-om itu sudah berada di muka ibu ku. Dengan di kocok-kocok sendri dengan tanganya si om-om.

Terlihat kepala penis om-om itu sudah memerah dan mengkilap dengan air mazinya. Dengan di acung-acungkan ke mulut ibu yang sedang mendangak keatas. “Uhhh ayo sayang kamu nga-nga.” suruh om-om itu. Mendengar perintah dari om-om itu ibu ku hanya menurut. “Ahh,,… ” Mulut ibu ku terbuka lebar dan siap menerima apa yang akan datang dari penis om-om itu.

‘Crot crot crot crot’ “aahh uhhh..” Terlihat cairan putih kental keluar dari penis om-om itu. Entah apa namanya air kental itu, aku tak tahu, karna aku belum tahu air putih kental itu. Aku mendengar ibu menceloteh. “Uwweekk… uuh.. bau tau mas…mmm.. uuh.. kesat sepet… sialan kamu maa..s…” Ucap ibu ku dengan mata kosong menatap om-om itu.

“Uhh.. gila ibu ku rakus amat sampai di minum air yang menjijikan dari penis om itu.” Bathinku ku.

Setelah puas dengan cairan yang kental putih itu keluar dari penis om-om itu. Kulihat ibu ku sangat menikmati air putih kental itu, yang belumuran di seluruh rongga mulutnya.

“sayang gimana rasanya hehehe..enak yah” Tanya om-om itu kepada ibu ku dengan senyuman bangga. “Ssst.. sepet mas uuh hehehe.bauuu…” Jawab ibu ku manja .”Tapi suka kaan..” Ledek om itu.

Ibu ku hanya mengangguk. Mereka pun berpelukan dan mencium bibir ibu ku dengan mesra. “Ya udah pakai lagi pakaian kamu! Ayo kita berangkat.” Om-om itu pun bergegas memakai celananya.

Ibu ku segera merapikan rambutnya. Dan memakai bajunya kembali seperti semula. Entah apa yang di rasakan di kepala mereka. Mereka pun segera beranjak keluar kamar.

Melihat ibu dan om-om itu mau keluar, aku pun segera menjauh dari pintu. Rupanya aku lupa aku sedang membawakan minuman untuk Rian yang sudah lama menunggu.

“Ma.. maaf yah say..hehehe lama..” Sapaku dengan tersenyum.
“Iya iya..” Rian mengangguk.

Terdengar langkah keluar. Rupanya ibu ku yang mempunyai farfum khas yang di pakai jika mau berangkat ke warung remang-remang yang ibu miliki tentu dengan puluhan PSK yang di bimbing oleh ibu ku.

“Nak ibu berangkat yah..ooh.. teryata ada tamu.” Sapa ibu ku sambil bersalaman dengan Rian.
“Kenal kan Rian ini ibu ku.” Aku memperkenalkan Rian agar tidak canggung.
‘Ya udah ibu mau berangkat mencari nafkah buat Shinta anak ibu yang manja ini.. kamu jaga rumah baik-baik yah nak.” Kata ibu ku sambil membawa tas kecilnya, dan menuju motor om-om itu.

Om-om itu hanya tersenyum melihat aku dan Rian. Dan segera menaiki motornya. Ibu ku telah siap sedari tadi menunggu untuk berangkat.

Di dalam kencan pertama Rian kerumahku, membuat aku gugup. Di tambah lagi aku baru saja melihat adegan yang tidak aku mengerti. Adegan yang sangat aku berimajinasi apa yang di lakukan ibu dengan om-om itu.

Rian hanya diam, dia emang sangat pemalu untuk bicara dulu, makanya aku kalau mau ngobrol sama dia harus aku dulu buka pembicaraan, setelah itu baru Rian membuaka pembicaraan.

‘Udah minum jangan di lihatin doaang.” Ucapku untuk memulai obrolan.
“Yang laki-laki tadi ayhamu..” Tanya Rian yang membuat terkejut.
“Mmm.. bukan itu temannya ibu ku..” Kataku mencoba meyakinkan dengan wajah semeringah.

Aku takut Rian memperpanjang pembicaraan yang tentu akan menanyakan asal-usul aku dan siapa sebenarnya orang tua ku. Akhir ya ku coba mengalihkan pembicaraan.

“Say masuk apa mau di luar aja.. masuk juga boleh kita nonton tv nyo..” Ajak ku.
“Mmm… ga baik ah,, berduan di dalam. orang tua mu kan gak ada.” Kilah Rian dengan wajah lucunya.
“Ok dah.. gak mauya udah.. di sini ajah..” Aku pun terdiam. Aku masih teringat apa yang barusan aku lihat. Pengalaman aku melihat sepasang manusia yang bergumul, saling merabah, menjilati, yang ternyata yang aku lihat itu adalah ibu ku sendiri.

Dan yang membuat aku sedih ternyata Ibu masih suka melayani lelaki hidung belang. Dan pasti menghianati cinta tulus ayah tiriku. Atau memang ayah tiriku cuek-cuek aja jika ibu di gauli lelaki lain. Entahlah.

Masih teringang-ingang di telingaku mendengar desahan dan racauan yang membuat darahku berdesir cepat, desahan orang-orang dewasa yang belum aku mengerti arti sebuah desahan kenikmatan. (Baca cerita sebelumnya), setelah aku menyaksikan erangan yang sangat memilukan telingaku. Erangan dan racauan yang keluar dari Mamahku sendiri saat Ia di senggama oleh lelaki yang bukan Ayah tiriku. Entah apa yang ada dipikiran mereka.

“Eh!..Bengong aja,” Rian mengejutkan aku.

Aku, tertawa dingin untuk menutupi apa yang ada di pikiranku.

“Say..kamu mau kedalam gak, di sini dingin tau,” kata ku.
“Em..gimana yah aku takut kalau kita kedalam, nanti ada yang curiga sama kita.” Aku mengerti apa yang Rian maksud, memang Rian lelaki yang cukup dewasa, bisa membaca situasi dan keadaan. “Em..terus kita ngapain, kalau di dalam kan kita bisa nonton tivi,” ujarku. “Seterah kamu sih, aku hanya ngajak aja, itu juga kalau kamu mau!”

“Sepertinya kamu seperti ada pikiran dah!” Rian mencoba menebak-nebak apa yang ada di pikiranku. “Kalau ku lihat, wajah kamu agak sedikit gimana gitu?!..”
“Ah perasaan kamu aja kali say,” ucapku.
“Cerita dong sayang..” katanya membujukku. “Wajahmu tampak gelisah gitu, apa habis di marahi Mamah kamu sebelum berangkat tadi sama teman cowoknya?.” Rian mulai merocos menanyai aku dengan kepo.

Aku menggeleng kepala, berusaha untuk menyembunyikan apa yang mengganggu di pikiranku ketika aku melihat Mamahku bergumul sama lelaki yang tidak aku kenal, lelaki dari dari teman Mamahku.

Aku berdiam sejenak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Rian pun begitu, dia hanya memandang awan yang cerah dengan bintang-bintang bertebaran di angit nan jauh. Aku pun ikut menyaksikan keindahan kelap-kelip bintang itu. Mereka saling bergugus-gugus dengan teraturnya. Sungguh sangat mengesankan di kala aku bersamanya, laksana dunia ini di miliki untuk selamanya dan hanya berdua, “he..he..he..” aku tertawa di dalam hatiku.

Melihat Rian yang diam dan hanya melongong-longong melihat ke atas langit, membuat ku tertawa cekikikan di dalam hati. Wajahnya yang terlihat pilon dan culun, menambah lucu dan jenaka. Sungguh aku makin cinta sama kamu Rian..

Engkau kakak kelasku berpikiran dewasa, gak seperti cowok yang lain yang bisanya hanya mengajak pacaran di tempat yang gelap sekedar hanya ingin mengecup bibir. Tetapi kamu, pintar menepati keadaan, padahal kesempatan banyak untuk berbuat, tapi sungguh ia menjaga etika dan adab, itulah yang membuatku kagum padanya.

“Eh..jam berapa ini?” Rian membuka suara. Lalu ia melirik jam tangannya. “Sudah jam sembilan lewat, aku rasa cukup untuk kita bermain-main sayang, dan juga kamu sudah terlihat mengantuk.”
“Gak kok..santai aja lagi, abis kamunya sih banyak bengong ngitungin bintang, aku jadi ngantuk dah hehehe,” candaku. Rian pun sunggingkan senyum tampak manis di pipi terlihat lesung di pipinya. “Em..jarang sekali cowok mempunyai lesung di pipi,” batinku.

“Ya udah, toh masih ada hari esok,” ujarnya. “Aku pulang dulu ya say!” Ia pun berdiri, lalu memandangku dengan mata yang sayu, mungkin pusing kali abis ngitungin bintang hehehe. “Ok..dah sayangku..” aku pun berdiri sambil ku cium telapak tengannya, seperti layaknya suami istri dan wanita baik-baik mencium tangan sang suami kalau ingin berpamitan kerja hehehe jiaaah…

Ia pun melangkah pulang. Motor yang terpakir di halaman rumahku telah di nyalahkannya. Suara menggerung seperti anak motor atau seperti motor yang kurang di rawat, tentu sangat bising di dengarnya.

Tak beberapa lama Ia pun melaju dengan roda duanya. Di tikungan ia mulai tak terlihat dari pandanganku. Aku sungguh berbunga-bunga, melihat Rian telah memberanikan diri untuk bermain kerumahku, walaupun desas-desus orang-orang yang ada di sekitar rumahku, memvonis rumah sarang jablay dan aku di beri makan uang lendir.

Emm…aku masuk kamar, seperti biasa dengan handset yang kupasang di telingaku, lalu aku putar untuk mendengarkan lagu-lagu kesayanganku.Kamar yang sangat indah aku rasakan, walaupun aku jarang sekali tidur di kamarku sendiri. 

Terkadang aku tidur di rumah teman sesama cewek, hanya untuk menghilangkan suntuk hidup sendiri di kala malam karena tidak ada teman untuk mengobrol karena Mamahku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ketua dari wanita-wanita penghibur para lelaki yang mencari kenikmatan malam, itu juga kata orang yang selalu aku dengar dengan menjelek-jelekan keluargaku.

Mata ku belum terpejam, pikiranku menerawang keatas mengingat kembali apa yang Mamah lakukan di dalam kamarnya bersama om-om itu. Ahh…mereka sungguh gila dan rupa daratan. Kenapa aku harus mengintip Mamahku sendiri, oh sungguh anak yang tak tahu diri.

Aku gelisah merasa bersalah apa yang aku lakukan. Tubuhku terasa gak nyaman malam ini, rasanya selalu teringat terus saat Mamahku bergelinjang ketika Vaginanya di colok-colok oleh penis om-om itu. “Apa rasanya, jika memekku juga di colok-colok sama punya Rian,” batinku. Aku berhayal seandainya tadi aku bermain sama Rian, terus Rian mencolok-colok memekku ooh…pasti aku akan bergelinjang apa yang di lakukan oleh Mamahku, enak kali yah.

Tampa aku sadari ketika aku berhayal dan ingat kembali apa yang aku lihat perbuatan Mamahku. Tanganku merabah celana yang aku kenakan. Celana yang hanya terbuat dari bahan tenun yang tipis sehingga apabila aku sentuh, jelas sekali batok Memekku. Uh.. yah batok memek yang masih putih dan belum di tumbuhi bulu-bulu ini. Aku mengusap-ngusap dengan perasaan. Semakin lama semakin berdesir darahku. Aku rasakan ada yang beda.

Vaginaku terasa cenat-cenut. “Ohh…yeeaah..ssst…sungguh uuh..pantesan Mamahku terlihat menikmati ketika Memeknya di jilati. Ohh…uh…sungguh enaak ssst ahh…” Aku terus mengusap dan membelai vaginaku yang masih tertutup oleh celana rajutan jarang. Karena merasa ada yang lain dalam desiran darah ku. Aku pun memcoba untuk bertelanjang dada.

Baju kaos yang kau kenakan aku lepaskan. Kini hanya BH yang masih terlihat, serta celana ngetrit yang aku pakai. Ku pandang buah dadaku yang terlihat kecil, gak seperti punya Mamahku yang terlihat besar dan menggandul hehehe. Emm…ku pandangi puting meranum sangat indah, oh.. mungkin ini untuk menetek ketika aku punya beby. Ssst..Aku gak tahan akhirnya aku buka BH yang aku kenakan oh..aku merabahnya, seperti apa yang aku lihat pada Mamahku yang di isap dengan rakus oleh om-om itu, dan di remas-remas dengan rakus. “Emang enak yah!”

Emm.. Eght.. uh…aku mulai meremas-remas payudaraku. Sttt…eght.. agak berdesir aku rasakan tiba-tiba aku merasakan payudaraku mengembang dan mengeras dengan kencang dan padat. Entah apa yang membuatnya begini aku tidak tahu. 

Yang aku rasakan bergelinjang seluruh urat-uratku. Sungguh sensasi sangat luar biasa yang aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Em…rupanya ini yang membuat Mamahku merasa ketagihan dan terasa nikmat di rasakannya. Oh..Mamah enak mah..sstt..enaaak..

Tampa aku sadari tangan kanan yang terus meremas-remas payudaraku, aku mencoba untuk turun ke lebih bawah lagi. Aku ganti tangan kiriku untuk merabah buah dada ku, dan tangan kanan aku turun kan untuk merasakan sensasi Memek ku.

Celana tipis yang aku pakai masih merekat, ku coba merabah gundukan di dalamnya yang bukan lain gundukan memek ku, yeaah..aku merasa geli oh… terasa berdesir masuk ke rongga liang memekku. Oh…sungguh sangat menggidikan bulu kuduk. Yeahh…aku meronta-ronta aku ikuti irama desiran di mana tubuhku klepek-klepek bergelinjang tak tentu arah.

Terkadang-kadang aku naikan bokongku sambil terus merabah memek ku, lalu aku putar-putar oh.. sunguh sangat nikmat walaupun masih terhalang celana dalamku. em…Mamah inikah yang Mamah rasakan ketika om-om itu mengelus-ngelus memek Mamah. Ssstt…benar-benar enak Mah..

Sensasi onani ku yang pertama aku rasakan walaupun aku belum berani untuk merabah lebih dalam lagi.

Tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara Hape ku. Rupanya Rian yang menelponku. “Tumben Rian jam segini belum tidur?!” pikrku. Memang gak biasanya Rian menelpon aku jam-jam saat-saat orang-orang sedang terlelap tidur. Dan sebenarnya Rian anak yang penurut sama orang tuanya, dia sangat pandai dalam mengatur waktu belajar, bermain dan tidur. “Haloo.. sayang,” jawabku, sebelumnya ia mengucap kan Halo.

“Kamu belum tidur sayang?” Rian bertanya dengan suara yang agak berat mungkin grogi kalau telponan di malam hari, takut di dengar sama keluarganya jadi suaranya di sembunyikan dengan kecil.
“Belum,” jawabku. “Kamu sendiri kenapa belum tidur, tumben ih!”
“Ia gak papa kan, aku nelpon kamu!”
“Sayang..Malah aku senang kebetulan aku memang belum bisa tidur.”
“Kamu lagi apa?”

Ah..Pertanyaan yang menggoda, kalau aku jujur pasti aku di tertawakan. Tetapi hati ku terbesit untuk bercerita pada kekasih ku Rian. Cuma aku malu sama saja membuka aib Mamahku.

“Em…coba tebak lagi apa?!” ku coba untuk mengajaknya becanda.
“Pasti lagi dengar musik kesukaan kamu sambil tidur-tiduran. Benarkan!”
“Em…mau tahu aja kepo nih hehehe,” dia memang membuat aku tertawa, masalahnya aku yang lebih dulu untuk membuka canda dan tawa. Rian jarang sekali untuk membuka suara lebih dulu kalau aku yang lebih dulu membuaka pembicaraan, baru Ia menjawabnya.

Entah apa yang membuatku melemparkan pertanyaan padanya. “Say tebak aku pakai baju, apa telanjang?”

“Maksud kamu apa sih,” terdengar dengan nada bingung.
“Ia.. Aku sedang pakai baju apa bugil?” lanjutku memberikan pertanyaan menggoda.
“Gila kamu bertanya seperti itu!” Rian sedikit membentak aku.
“Ih… ini kan cuma pertanyaan kok! Kalau gak mau di jawab ya udah gak papa kok!” balasku. Entah apa aku tak memperdulikan tercengangannya saat aku memberikan pertanyaan seperti itu. Aku rasakan ada yang beda pada diriku. Disaat aku dalam keadaan bugil walaupun masih memakai celana sedikit ada rasa ingin memberitahu kepada Rian bahwa apa yang aku lakukan sangat luar biasa nikmatnya. Mungkin Rian belum pernah melakukan apa yang aku lakukan. “Ah.. telanjur Horny aku”

“Sayang…oh..aku lagi bugil nih,” kata ku. “Sstt..sayang tetek ku oh..tetek ku sst..”
“Et dah!.. Say kamu jangan macam-macam dah!” terdengar Dia bertambah bingung. “Kamu membuat aku binggung tau..” katanya lagi.
“Kamu mau nenen gak?” godaku. “he..he..he Kamu lagi apa say?”
“Tau ah,” terdengar agak sinis Rian menjawab. Namun aku tidak perdulikan. Aku sambung lagi remasan payudara ku yang sempat tertunda tampa mematikan Hape. Aku sengaja untuk berdesah di telinga Rian. Lalu aku melepaskan celana ku. Uh..kini memek ku terlihat, putih gempal tampa bulu. Aku mengangkang kan kedua kaki ku dan paha terbuka lebar dan aku angkat kedua kaki ku tinggi-tinggi. Uh…seperti apa aku melihatnya gak tahu lah, “Sayang…oh…sayang…”

“Gila kamu Shinta! Dia menyentakku.
“Uh…ah..eeght..enak say..enak..sst..”

Aku terus mengusap-gusap dinding selangkanganku, sambil membayangkan apa yang aku lihat terhadap Mamahku dengan om-om yang tidak aku kenal namanya. Ssstt…berdenyut oh berdenyut liang vaginaku uh…ternyata memainkan selangkangan memang enak. Aku membatin tak memperdulikan Rian, apakah dia masih mendengar desahanku, apa sudah di putus teleponnya. “Rian…sayang..kemana kamu?” tanya ku.

Aku coba untuk posisi telungkup. Dengan tangan kanan memegang Hape. Sedangkan tangan kiriku menyelusup kebawah perut tentu untuk mengobel-ngobel selangkanganku ssst…gila.. enak oh.. enak..Memek kurasakan sedikit basah, entah kenapa terasa lembab aku rasakan, eegh..bahkan aku mau pipis tapi beda rasanya, tidak seperti pipis sehari-hari. Pipis ini terasa ada yang mengganjal dan seperti tertahan di dalam menunggu aba-aba untu di semprotkan begitu rupa.

Sela paha aku renggangkan, sedikit di angkat bokongku, menambah mudah aku untuk memainkan vaginaku sambil aku putar-putar dan aku kait seperti ingin mencongkelnya. Mamah uh pantesan Mamah bergelincang dan membuncah disaat om-om itu memainkan vagina Mamah. Ssst ternyata enak mah..oh..enak…ssst..

“Haloo….hei…Shinta..halo….!?” Rian rupanya ingin menyadarkan aku. Aku tak perduli, uh…bahkan aku menantang Dia untuk mengikuti apa yang aku lakukan. “Sayang..Aku lagi ngobel memek sayang..oh..memek Shinta jadi enak nih!..”
“Gila.. kamu sungguh gila Shinta..”

Tiba-tiba aku mendengarka suara Rian berdesis. Entah apa yang di lakukan Rian terdengar suaranya agak berdesis.

“Sayang.. Kamu lagi apa? tanya ku.
“Eght…..ah…aku jadi berdiri nih.” katanya.
“Berdiri apanya?” tanyaku lagi.
“Punya ku sayang..oh punya ku jadi berdiri nih! Ohhh..duh..gara-gara dengar ocehan kamu punya ku jadi tegang nih!”

“Ssst…oh gitu yah.. ucapku pura-pura gak mengerti. Aku terus memainkan selangkanganku dengan irama cepat.

Aku rasakan sebentar lagi aku akan pipis. Ya sst mau pipis ssstt..eght…oh sungguh sensasi yang sangat luar biasa aku rasakan pertama kali aku melakukan seperti ini, apalagi sekaligus aku dengarkan desahanku kepada kekasihku Rian.

“Sayang.. oh.. aku gaceng sayang.. oh..aku jadi ngocok nih!” terdengar suara polos Rian. Rupanya Dia sedang memainkan penisnya.
“Sayang..uh..uh..uh sayang..ssst aku mau pipis sayang,” kataku
“Ia…say..aku juga oh..kontolku oh panjang banget sayang..ssst..merah nih sst…” ujar Rian kepadaku, bertambah nikmat aku rasakan ketika Ia juga melakukan apa yang aku lakukan.
“Diapakan punya kamu sayang?”
“Eght…aku kocok-kocok say..ssst enak…” kata Rian, “Kalau kamu di apain sayang, sst..memek kamu di apain tuh?…”
“Aku di kobel nih sst enak say..oh..enak…berdenyut say..memek ku berdenyut nih uh uh uh”
“Ia sayang..aku juga enak nih sst..eah…enak eah..sst uhh…sst enak…” desah Rian membuat aku membuncah.

Benar tak lama kemudian vaginaku terasa ada yang ingin keluar. Uh seperti mau keluar dengan tertahan untuk di muncratkan. Eahh….ssst….eah…aku cepatkan kobelanku. Lendir yang melumuri telapak tanganku, licin rasanya memek ku dengan sangat becek dan basah aku rasakan uh uh uh.

“Oh……say…oh…aku . aku . aku sst…eeght…aku mau pipis sayang. Aku mau pipis nih.” desisku.
“Sama say…ah.. ah..ah..ah aku juga uh uh uh uh keluarin say, kuarin, ssst”

Tak lama kemudian.

‘Ciiit..ciiit…ciiit’
Oh…….
“Aku pipis sayang, aku pipis oh..” ujarku dengan suara parau.
“Rian..oh…” panggilku.
“Uh..uh..uh..Aku juga nih uh..uh..uh.. oh..aku ngecret say sst..ah..” ujar Rian. “Tanganku ku jadi lepek nih, ssst.. gila..banjir sayang!”

Rian berdesis. Aku pun terkulai dengan posisi telungkup dan aku turunkan kembali bokong ku. Uh..aku rasakan kasurku banjir, seperti aku mengompol waktu kecil dulu. Pipis yang sangat enak. Pipis yang sangat sensual sungguh aku baru pertama kali menikmati kelakuan seperti ini.

Kini aku mengerti apa yang aku lakukan itu adalah Masturbasi atau onani. Mungkin kaum pria semua melakukannya termasuk Rian kekasihku. Semenjak itu aku jadi pecandu Masturbasi.

Kalau pikiranku sedang membuncah aku melakukannya bersama Rian via Phone. Walaupun Rian sendiri kadang-kadang menasehatiku jangan terlalu keseringan melakukan berbuatan seperti ini. Katanya.

Tetapi aku punya prinsip dalam hidupku, aku tak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah, walaupun bersama Rian sendiri kekasihku. Dan juga aku dan Rian masih menjenjang pendidikan di bangku sekolah. Masih banyak tugas yang harus di kerjakan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

Dan aku berjanji di dalam hatiku yan paling dalam. Tidak akan mengikuti jejak Mamah ku sebagai seorang Germo. Biarlah sebatas Mamahku mendapat gunjingan dari orang-orang terdekat. Aku tahu Mamahku juga tak mau aku seperti dirinya. Dia ingin aku menjadi wanita yan baik-baik dan bekerja di tempat yang baik-baik pula, agar aku dapat menutupi Aib Mamahku sebagai seorang germo.

Aku akui, sampai kapanpun aku akan meneruskan pendidikanku sampai kuliah, itu permintaan Mamahku, walaupun uang yang di hasilkan untuk menyekolahkan ku dari hasil menjadi seorang Germo, bahkan terkadang hasil menjual dirinya sendiri.